Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

"Action" di Tanah Timbul

Foto : koran jakarta/aloysius widiatmaka
A   A   A   Pengaturan Font

Laut selalu menyajikan eksotisme yang tak habis-habis dieksplorasi. Dia senantiasa menyediakan kekaguman karya ilahi yang tiada pernah putus. Itulah salah satu keindahan yang banyak menjadi buruan para pelancong dari zaman ke zaman.

Kalau para pembaca pernah mengunjungi eksotika baru tujuan wisata bernama Raja Ampat, Papua Barat, akan diantarkan oleh pemanda ke salah satu tempat yang unik. Ini tak lain dan tak bukan adalah tanah timbul. Yang dimaksud adalah sebuah area atau lahan di laut yang pada saat tertentu (karena air surut) muncul sebagai tanah lapang. Di situ, para pelancong bisa bermain sepak bola, voli, tarik tambang, atau sekadar tidur-tiduran. Namun begitu air pasang, tanah tersebut "hilang" ditelan air laut.

Nah, salah satu tujuan wisata Provinsi Lampung, gugusan Pulau Pahawang juga memiliki area tanah timbul. Tepatnya di Pulau Pahawang Kecil. Pulau ini milik orang Prancis yang biasa dipanggil Mr Joe. Di sini hanya ada rumahnya karena tak ada penduduk. Rumahnya seperti restoran dan tempat peristirahatan. Wisatawan dilarang mendekat ke tempat peristirahatannya. Konon, Joe menikah dengan wanita asal Ambon.

Memang orang tak boleh sembarang mendekat ke rumahnya, tapi turis bebas berwisata di bagian-bagian lain pulau, utamanya di tanah timbul. Hanya, sayang waktu Koran Jakarta (KJ) berkunjung, saatnya tidak tepat. Airnya tengah tinggi, sehingga tanah timbul terendam air setinggi setengah meter. Namun begitu, kondisi demikian justru bisa menjadi ajang pengabadian dengan berbagai gaya.

Para turis bisa menenggelamkan diri dan mengambil posisi seakan tinggal kepala yang nongol atau duduk-duduk dengan menyisakan kepala di atas air. Malahan, ada juga yang beraksi dengan memainkan bentuk kaki dan tangan sebagaimana diperagakan para pelancong. Ada juga yang sengaja tidur-tiduran di dalam air.

"Jika tengah surut, malahan wisatawan bisa bermain sepak bola di sini," kata pemandu wisata, Rinto (33). Menurutnya, pada jam-jam tertentu seperti pukul 11-13.00 biasanya air surut, sehingga pelancong bisa mengeksplorasi tanah timbul. Pasirnya putih dan lembut seperti rata-rata pantai di gugusan Pulau Pahawang.

Latar belakang pulau-pulau yang melingkungi Pahawang Kecil menjadi bagian keindahan tersendiri. Para pengabadi perjalanan bisa menghadap Pahawang Kecil dengan latar belakang pulau-pulau sekitar. Pose ini akan menghasilkan kenangan terindah. Namun, mesti melihat situasi, jangan sampai terjadi backlight karena matahari "berdiam" di balik bebukitan pulau-pulau kecil tersebut. Jadi, perlu menyesuaikan posisi agar tidak terhantam sinar matahari, sehingga fotonya gelap.

"Sunset"

Di sini juga ada hutan mangrove. Meski tidak seberapa luas, bagus sekali dimanfaatkan untuk berfoto dengan memanfaatkan kerimbunan dan serbahijau yang terpancar dari dedaunannya. Jika sabar sedikit, para wisatawan dapat menikmati sinar matahari tenggelam (sunset). Konon, semburat merahnya sangat mendecakkan. Matahari akan menghilang di balik perbukitan yang berada di seberang Pahawang Kecil. Jika udara cerah, pelancong benar-benar dapat menangkap sinar matahari pada sore hari tersebut. Namun, lagi-lagi sayang, ketika KJ berada di lokasi, sinar matahari terganggu cuaca yang tengah tidak bersahabat dengan para wisatawan.

"Sayang ya cuaca lagi kurang bagus. Padahal kalau cuaca cerah, sunset-nya luar biasa mengagumkan. Apalagi kalau sinarnya berwarna merah pekat, seakan dekat sekali," kata seorang wisatawan, Eksi (23). Menurut pengantin baru yang sudah dua kali berwisata di Pahawang ini, dia ke sini sengaja bulan madu. "Rencananya mau menikmati sunset, ee… lagi kurang bagus. Belum rezeki," katanya.

Untuk sampai ke Pahawang Kecil, wisatawan seperti telah diinformasikan dapat menempuh perjalanan darat dan udara. Kalau mau menggunakan jalur udara, turis dari Jakarta bisa naik Sriwijaya Air atau Garuda Indonesia dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung. Kemudian dilanjutkan naik taksi ke Dermaga Ketapang, lalu naik perahu ke tujuan. Sedangkan jalan darat bisa naik kapal dari Merak ke Bakauheni, kemudian dilanjutkan naik bus ke Terminal Rajabasah. Dari sini bisa naik bus atau sewa kendaraan ke Dermaga Ketapang. wid/G-1

Eksotik Buat "Gathering"

Kawasan atau gugusan Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, ini cocok untuk berbagai kegiatan baik yang individual maupun massal. Kantor-kantor yang biasa mengadakan acara gathering baik untuk berbagai pelatihan manajemen ekstraruang maupun sekadar rekreasi bersama bisa mencoba di gugusan Pulau Pahawang ini. Kalau ingin eksplorasi di tanah timbul Pahawang Kecil ada baiknya panitia mencari informasi agar sesampai di lokasi benar-benar menemukan tanah timbul. Ini penting agar acara berlangsung sesuai dengan rencana. Jangan sampai setiba di lokasi ternyata air tengah pasang, sehingga tanah timbulnya tenggelam.

Bahkan, untuk mereka yang mau membuat one day trip juga bisa. Misalnya, dari Jakarta pagi-pagi benar dari Soekarno Hatta bisa naik Garuda Indonesia pukul 05.45. Penerbangan sekitar 30 menit. Dari Bandara langsung menuju Dermaga Ketapang, dilanjut ke lokasi. Kira-kira kalau semua lancar bisa sampai di lokasi pukul 09.00. Acara sudah dapat dimulai. Waktu bermain diperhitungkan kalau mau mengejar pesawat Sriwijya Air dari Bandara Radin Inten II pukul 19.10 ke Jakarta. Kalau semua lancar pukul 20.00 sudah tiba di Jakarta lagi. Jadi efektif dan efisien.

Fun games dalam gathering bisa dirancang sendiri, di antaranya memanfaatkan tanah timbul bisa bermain bola, tarik tambang, permainan pasir, dan seterusnya. Daerah Pahawang memang cocok untuk fun games dalam rangka reuni (temu kangen), ghatrering kantor, arisan, atau rekreasi keluarga. Pulau Pahawang memiliki area atau letak yang sangat strategis buat berbagai kegiatan tersebut.

Kalau mau eksplorasi di Pahawang Kecil jangan lupa membawa bekal (apalagi kalau ini menjadi tujuan akhir rekreasi) karena di sini tidak banyak warung atau pedagang makanan. Ada sih pedagang, tapi mereka paling-paling menjual makanan kecil dan kelapa muda. Rombongan keluarga akan mengasyikkan kalau menggelar tikar untuk makan siang. Ada bagian di sudut yang adem di bawah pepohonan yang bisa dimanfaatkan untuk makan siang bersama.

Namun untuk turis yang menginap di homestay, biasanya tanah timbul Pahawang Kecil ini destinasi terakhir pada hari pertama. Para pelancong sebelum berekreasi ke sini akan lebih dulu diantar untuk menikmati keindahan Kelagian Kecil. Setelah puas di Kelagian Kecil, baru para wisatawan dibawa ke tanah timbul ini. Sedang destinasi yang benar-benar terakhir (pada hari berikutnya) sebelum kembali ke darat biasanya menyelam di Taman Nemo, yang akan menjadi sajian terakhir pekan depan dari rangkaian destinasi Pahawang. wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top