Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

3 Faktor Penghambat Peneliti Indonesia Jadi Peneliti Kelas Dunia

Foto : The Conversation/Shutterstock/Arief Adhari

Aktivitas penelitian di laboratorium kimia di Bandung, Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

Fasilitas alat dan laboratorium kita masih terbatas dan menyulitkan peneliti untuk melakukan riset berkualitas. Kolega saya di UGM dan ITB, contohnya, menyebutkan bahwa mereka terpaksa melakukan analisa Emerging pollutants (EPs) dan Contaminants of Emerging Concern (CECs) sebagai parameter-parameter kimia dan farmasi, ke luar negeri, dikarenakan minimnya lab di Indonesia yang bisa menganalisa hal tersebut.

Terlebih lagi, peneliti tidak diperbolehkan membeli alat laboratorium (non-habis pakai) jika mendapat dana hibah penelitian RIIM dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ini menyulitkan peneliti di kampus untuk mempunyai peralatan laboratorium yang berkualitas. Sementara dana dari kampus terbatas dan 'menunggu giliran', semisal untuk pembangunan gedung atau penambahan ruang kelas terlebih dahulu.

Selain itu, berdasarkan pengalaman saya di kampus, proses pembelian peralatan laboratorium yang mahal dan berkualitas biasanya cukup rumit dan memakan waktu lama, karena harus melalui rekanan yang terdaftar, proses konsultasi, atau lelang untuk menghindari penyalahgunaan anggaran.

3. Belitan birokrasi

Kendala lainnya terkait proses birokrasi riset yang rumit dan lamanya pencairan dana penelitian. Berdasarkan pengalaman penulis, dana penelitian dari pusat seringkali molor dan baru turun sekitar bulan Juli-Agustus. Sementara, publikasi hasil penelitian sudah harus selesai atau diserahkan ke jurnal di bulan November atau sebelum tutup tahun anggaran.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top