Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

24.400 Relawan di Banten Diterjunkan Atasi "Stunting"

Foto : ANTARA/Mansur

Relawan membawa anak-anak rawan risiko stunting ke pendopo Pemkab Lebak untuk mendapatkan edukasi dari BKKBN.

A   A   A   Pengaturan Font

LEBAK - Sebanyak 24.400 relawan di Banten diterjunkan untuk mengatasi kasus prevalensi stunting atau kekerdilan yang dialami anak-anak dibawah lima tahun (balita) akibat gagal tubuh.

"Semua relawan itu bertugas untuk pencegahan stunting mulai pendataan calon pengantin, ibu hamil dan kelahiran anak,"kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Banten Rusman Efendi saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) Percepatan Penurunan Stunting di Lebak, Banten, Selasa (14/3).

Penerjunan tim relawan stunting itu agar kasus prevalensi stunting turun 14 persen yang ditargetkan Presiden Joko Widodo tahun 2024.

Mereka tim relawan pendamping stunting terdiri dari BKKBN, Puskesmas dan PKK melakukan pencatatan terhadap bayi, ibu hamil, dan calon pengantin dengan menelusuri lokasi mereka tinggal.

Selain itu juga BKKBN membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) stunting, sehingga mereka bekerja saling berkolaborasi untuk pencegahan stunting.

Selama ini, kata dia, penyebab stunting itu karena keluarga banyak anak dengan jarak kelahiran berdekatan, menikah usia muda juga tidak memiliki sumber air bersih yang memadai dan pendapatan ekonomi rendah.

Disamping itu juga kelahiran muda di bawah usia 21 tahun dan usia tua 35 tahun dan rumah tidak layak huni.

"Hasil pendampingan relawan itu juga dijadikan prioritas pencegahan dengan melibatkan semua instansi terkait, juga elemen masyarakat hingga tokoh agama," katanya menjelaskan.

Menurut dia, berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia tahun 2022 bahwa angka prevalensi stunting di Provinsi Banten menurun sangat signifikan dari 24,5 persen menjadi 20,1 persen,

Menurunnya angka stunting di Banten tentu berkat kerja keras semua pihak,termasuk relawan pendamping dan satgas stunting.

Namun, kasus stunting di Banten yang paling tinggi penurunanya di Kota Tangerang Selatan dari 19,9 persen menjadi 9 persen atau angka penurunanya di angka 10,9 persen.

Dengan turunnya angka stunting,tentu kabupaten/kota lain di Banten dapat mencontoh Kota Tangerang Selatan.

"Kita sama-sama berihtiar untuk percepatan penurunan angka stunting dengan melibatkan semua komponen baik lembaga, instansi, masyarakat dan tokoh agama," katanya.

Wakil Bupati Lebak yang juga Ketua Tim Percepatan Penanggulangan Stunting Kabupaten Lebak Ade Sumardi mengatakan pihaknya berkolaborasi berbagai instansi untuk meminimalisasi kasus stunting di wilayahnya dengan pencegahan sejak dini melalui pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri.

Tujuannya agar mereka saat berumah tangga dan hamil tidak mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) yang berpotensi melahirkan stunting.

Selain itu, juga memberikan penyuluhan dan edukasi kepada remaja maupun calon pengantin untuk meningkatkan pemahaman asupan gizi, kesehatan anak, dan pola asuh yang benar.

Dengan begitu, mereka nantinya mampu merawat anak dengan baik.

Dalam rumah tangga, kata Ade, harus memiliki sumber penghasilan ekonomi sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

"Kami memberikan penyuluhan dan edukasi kepada remaja dan calon pengantin agar mereka siap membangun rumah tangga dan memiliki pengetahuan untuk merawat anak sehingga tidak melahirkan anak stunting," kata Ade.

Sementara itu, Sri Sundari (55) seorang relawan dari KB Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak mengaku dirinya bersama bidan dan PKK desa setempat mendatangi keluarga rawan stunting, di antaranya ibu hamil dengan dikunjungi selama delapan kali pertemuan dan dua kali kunjungan.

Dalam kunjungan itu, kata dia, pihaknya bersama Satgas Stunting melakukan pendampingan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil, berat badan hingga pengukuran anak balita.

Apabila, ditemukan ciri-ciri ibu hamil dan balita terancam stunting maka dilakukan intervensi dengan memberikan makanan tambahan yang bergizi, seperti vitamin, susu dan biskuit juga dilakukan pengobatan dan pemeriksaan kesehatan.

"Kami setiap hari mendatangi rumah - rumah warga yang memiliki balita dan dilakukan pengukuran badan, lengan juga kepala dan 85 balita itu tidak alami stunting," kata Sri.

Redaktur : -
Penulis : Antara, Sujar

Komentar

Komentar
()

Top