2 Perkara Rugikan Eksportir, Hingga Terancam Kehilangan Devisa, Singapura dan Malaysia Bisa Kalang Kabut!
Kapal Ekspor Indonesia
Kementerian Badan Usaha Milik Negara BUMN mengakui negara Indonesia saat ini sedang mengalami kerugian akibat transhipment kargo dari Pulau Sumatera yang harus melalui Malaysia atau Singapura.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan perkara yang saat ini membuat 95 persen kargo asal pelabuhan Belawan tidak langsung menuju negara tujuan tetapi harus melalui Pelabuhan Singapura dan Malaysia.
Tidak hanya pelabuhan Belawan, sebagian besar pelabuhan di Sumatra hanya sebagai feeder. Hal ini menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.
Sebagai gambaran, pelayaran langsung (direct call) kapal peti kemas dari Indonesia ke Los Angeles, misalnya, hanya perlu 23 hari. Sebaliknya, dengan transshipment, rute yang sama perlu waktu 31 hari, plus tambahan ongkos 20-30 persen lebih mahal.
Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Belawan agar memadai untuk pengangkutan direct call (pelayaran langsung ke negara tujuan). Selain itu, volume muatan peti kemas juga harus ditumbuhkan. Caranya, dengan menjadikan Belawan sebagai gateway bagi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya.
Muatan kargo yang tersebar di pelabuhan-pelabuhan kecil di Sumatra, dapat dibawa ke Belawan untuk kemudian bersama-sama diangkut ke negara tujuan. PT Pelindo mencatat dari 550.871 TEUs peti kemas yang bongkar muat di Belawan pada 2021, sebanyak 59 persen berasal dan menuju pelabuhan-pelabuhan di Malaysia. Sisanya, 25 persen menuju Singapura, dan 16 persen lagi ke Thailand, Taiwan, dan beberapa negara lain.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor dari Sumatera Utara sejauh ini tersebar ke lebih dari 30 negara. Berdasarkan tonase, pada 2021, ekspor dari daerah ini paling banyak ditujukan ke China (16 persen), India (6,7 persen), Jepang (6,2 persen), dan Amerika Serikat (4 persen). Porsi Malaysia dan Singapura sebagai negara tujuan akhir ekspor dari Sumut sangatlah kecil (kurang dari 2 persen).
Ekspor barang yang transit ke negara lain, sangat merugikan perekonomian. Praktik ini membuat ekspor Indonesia kurang kompetitif karena harus menanggung biaya logistik yang mahal serta makan waktu. Selain itu, Indonesia juga harus kehilangan banyak devisa. Jasa layanan kapal kontainer selama ini dibayar dalam mata uang asing (dolar AS).
Tidak hanya merugikan pelaku ekspor, transshipment ini membuat Indonesia kehilangan lebih banyak devisa. Data Bank Indonesia mencatat, dari US$6,286 miliar defisit neraca jasa transportasi Indonesia pada 2021, sebesar US$6,232 miliar (99 persen) disumbangkan oleh defisit pada biaya pengangkutan barang (sea freight).
Dominasi Malaysia dan Singapura itu terus berlanjut, sampai hari ini. Dari Januari - Mei 2022, sekitar 51% peti kemas yang bongkar/muat di Belawan menuju/berasal dari Malaysia. Sisanya, 44% ke Singapura dan 5% ke Thailand.
"Kami di Kementerian BUMN sedang berikhtiar untuk menjadikan Belawan sebagai pelabuhan ekspor yang melayani direct call," kata Erick dalam keterangannya, Selasa (12/7/2022).
Menurut Erick, pengembangan Belawan bisa dimulai dengan mendatangkan kapal-kapal kontainer berukuran besar ke Belawan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Belawan agar memadai untuk pengangkutan direct call.
Selain itu, volume muatan peti kemas juga harus ditumbuhkan. Caranya, dengan menjadikan Belawan sebagai gateway bagi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya. Muatan kargo yang tersebar di pelabuhan-pelabuhan kecil di Sumatera dapat dibawa ke Belawan untuk kemudian bersama-sama diangkut ke negara tujuan.
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya