Trump Larang Investor AS Tanam Modal di Perusahaan Tiongkok
Foto : Sumber: World Bank, US Census Bureau - KJ/ONES
» Tiongkok dituding gunakan modal investasi AS untuk danai militer dan intelijen termasuk pengembangan senjata pemusnah massal.
» Hingga seminggu setelah hasil pemilihan AS keluar, Beijing belum memberi selamat kepada Joe Biden.
JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Kamis (12/11) waktu setempat, kembali menandatangani perintah yang melarang investor dari negaranya berinvestasi di perusahaan Tiongkok, yang menjadi pemasok atau mendukung pihak militer dan keamanan Tiongkok.
Dalam perintah yang memuat daftar 31 perusahaan yang dilarang itu menyebutkan, Tiongkok menggunakan modal investasi AS untuk meningkatkan eksploitasi dalam mendanai dinas militer dan intelijen, termasuk pengembangan dan penyebaran senjata pemusnah massal.
Hubungan AS-Tiongkok memburuk tajam selama kepresidenan Trump, dan kebijakan terbaru itu adalah bagian dari serangkaian perintah eksekutif dan tindakan regulasi yang menyasar ekspansi ekonomi dan militer Tiongkok. Di bawah panji “America First”-nya, Trump telah menggambarkan Tiongkok sebagai ancaman terbesar bagi AS dan demokrasi global, melakukan perang dagang dengan mencela perusahaan teknologi Tiongkok, dan menyalahkan Beijing atas penyebaran virus korona ke seluruh dunia.
Perintah itu juga melarang perusahaan dan individu AS yang memiliki saham di salah satu perusahaan yang terdaftar, yang mencakup perusahaan telekomunikasi, konstruksi, dan teknologi besar, seperti China Mobile, China Telecom, perusahaan pengawasan video Hikvision, dan China Railway Construction Corp. Mulai saat ini, para investor itu diberi waktu setahun untuk melakukan divestasi pada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Beijing.
Berita tentang perintah yang akan mulai berlaku pada 11 Januari 2021 itu, pada Jumat menggema di pasar saham di Hong Kong. Saham China Telecom, perusahaan milik negara turun lebih dari 9 persen, China Mobile turun 6 persen, dan China Railway Construction Corp kehilangan lebih dari 5 persen.
Modal Pasif
Penasihat Keamanan Nasional AS, Robert O’Brien, mengatakan perintah itu akan mencegah orang AS tanpa sadar memberikan modal pasif kepada perusahaan Tiongkok, yang terdaftar di bursa di seluruh dunia, yang mendukung peningkatan kegiatan militer dan intelijen Beijing.
“Perusahaan yang masuk dalam daftar itu secara rutin menargetkan warga dan bisnis, AS melalui operasi dunia maya, seperti ekonomi dan militernya,” kata O’Brien.
Dia juga mengecam Beijing atas pemecatan empat anggota parlemen dari kubu pro-demokrasi di Hong Kong minggu ini. “Daun ara yang menutupi cengkeraman Tiongkok yang semakin otoriter di pusat keuangan,” ujarnya merujuk Hong Kong.
Sejak media menyerukan hasil pemilihan presiden enam hari yang lalu, Trump belum menyerah kepada Presiden terpilih, Joe Biden, seperti yang biasa terjadi setelah nama pemenang diumumkan.
Dengan kasus Covid-19 yang memecahkan rekor di seluruh AS, dan negara-negara bagian memberlakukan pembatasan baru dalam upaya untuk menahannya, Trump tampaknya memiliki semua kecuali menangguhkan tugas-tugas kepresidenan normal, membuat langkah kebijakan terakhirnya di Tiongkok semakin tidak dapat diprediksi.
Terlepas dari sikap keras pemerintah terhadap Tiongkok, para pengamat memperkirakan Biden akan memperbarui kepemimpinan AS di bidang hak asasi manusia, dan akan lebih ketat menekan Beijing dalam perdagangan dan keamanan daripada Trump.
Dalam kampanyenya, mantan Wakil Presiden AS itu secara terang-terangan mengungkap catatan hak asasi Beijing dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, lewat ancaman retorika bahwa ia akan meningkatkan tekanan begitu masuk ke Gedung Putih pada Januari.
“Ini adalah orang yang tidak memiliki demokrasi, dengan ‘d bone’ kecil di tubuhnya. Dia adalah pria yang kejam,” katanya dalam debat utama Partai Demokrat pada Februari lalu.
n SB/AFP/E-9
Submit a Comment